Mengenai Saya

Foto saya
Saya sich orangnya ..mmmm ...cakep ...hehehhe... Lahir di Pangkalan Bun, kota kecil yang siapa aja kalo udah kesana...mau balik lagi...hehehe...I love my city..ok!

Kotawaringin Lama

Selasa, 08 Januari 2008

Kotawaringin Lama
Wisata Budaya yang Terlupakan

Istana Kerajaan Kotawaringin

PANGKALAN BUN – Cikal- bakal Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah, bermula dari kota kecil ini. Kota di pinggir sungai Lamandau menjadi saksi sejarah berdirinya satu-satu kerajaan di Kalimantan Tengah. Kini, kita masih bisa menjumpai sisa-sisa peninggalan kerajaan, seperti istana raja. Sayang kondisi bangunan cagar budaya ini memprihatinkan. Padahal, ada peluang pariwisata yang bisa dikembangkan.

SRAGEN – Kawasan situs Sangiran merupakan salah satu objek wisata ilmiah yang sangat menarik untuk dikunjungi. Ada potensi pariwisata yang tersimpan di sini. Sayangnya, penilaian itu tidak mampu menarik minat wisatawan, baik lokal maupun asing.

Bila kita menelusuri sejarah kerajaan Kotawaringin tentunya tak bisa terlepas dari cerita kerajaan Banjar. Dalam buku sejarah Mengenal Kabupaten Kotawaringin Barat, J.U. Lontaan dan GM. Sanusi beralasan bahwa keturunan raja Banjarlah yang pertama kali membangun kerajaan Kotawaringin. Dengan begitu, bisa kita tarik simpulan kerajaan di pinggir Sungai Lamandau ini merupakan daerah hukum kerajaan Banjar pada awalnya.
Sultan Mustailla—raja Banjar punya lima anak, empat laki-laki dan seorang perempuan. Anak pertama, Pangeran Adipati Tuha—pada masa berikutnya sang Pangeran naik takhta menggantikan sang ayah dengan gelar Sultan Inayatullah. Berikutnya, Pangeran Adipati Anum, Pangeran Antasari (pahlawan nasional), Pangeran Adipati Anta Kasuma dan Puteri Ratu Aju.
Antara Pangeran Adipati Tuha dan Pangeran Adipati Anta Kasuma acapkali terjadi ”persaingan” untuk menjadi orang nomor satu. Mereka sama-sama berambisi menguasai suatu daerah. Namun, persaingan ini tak sampai meretakkan hubungan keduanya. Sebab, semua keputusan selalu diambil lewat pikiran dingin dan musyawarah.
Dengan hati ”legowo” Pangeran Anta Kasuma mengatakan bahwa tak mungkin Kerajaan Banjar dipimpin oleh dua orang. Ia merasa mantap dan yakin bila sang kakak yang menjadi orang nomor satu di Banjar. Itu sebabnya, Anta Kasuma meminta restu, pergi ke daerah lain untuk membangun kerajaan baru. Tentu saja, perasaan Pangeran Adipati Tuha lega atas keputusan sang adik. Akhirnya ia pun merestui niat Anta Kasuma. Lagipula Banjar juga perlu melebarkan sayap daerah kekuasaan.

Batu Patahan
Singkat cerita—setelah menemukan beberapa daerah baru, seperti Sampit (Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur) dan Pembuang Hulu—rombongan Pangeran Adipati Anta Kasuma tiba di daerah yang bernama Rantau Pulut. Setelah berunding, sang Pangeran memutuskan untuk meneruskan perjalanan lewat darat. Akhirnya mereka tiba di daerah hulu Sungai Arut, daerah Pandau. Di sini bermukim suku Daya Arut.
Pertemuan kedua rombongan yang tak saling kenal ini nyaris saja memicu perang sumpit. Namun dengan wibawa Pangeran Anta Kasuma mengajak kepala suku Daya Arut berunding. Perundingan pun digelar. Dalam forum ini Pangeran menjelaskan rencana dan keinginan mereka untuk hidup berdampingan.
Di bagian akhir, setiap perundingan selalu menghasilkan perjanjian. Yang namanya perjanjian tak sah kalau cuma diucapkan lewat bibir saja. Harus dituangkan dalam bentuk tertulis. Bila saat ini bentuk tertulis menjadi sah setelah dibubuhkan tanda tangan di atas materai, tetapi pada waktu itu perjanjian dinyatakan sahih bila bermeteraikan darah manusia.
Dari pihak suku Daya Arut mengusulkan agar dari masing-masing pihak mengajukan korban manusia untuk disembelih untuk mensahihkan perjanjian ini. Meski sulit diterima akal, kedua belah pihak setuju. Dan kedua calon korban tak pernah menyangkal. Malahan bangga bisa terpilih sebagai korban. Mereka dianggap ksatria dan pahlawan bangsa.
Sebelum korban disembelih, kedua belah pihak menancapkan sebuah batu sebagai bukti sejarah turun-temurun. Lewat upacara adat kedua calon korban berdiri di samping batu saksi. Saat ini batu yang terkenal dengan nama Batu Patahan ini bisa dijumpai di Pandau, Kecamatan Pangkut, Kabupaten Kobar.
Usai upacara, mereka menggelar pesta meriah untuk melupakan kesedihan yang baru saja terjadi. Beres pesta rombongan Pangeran Anta Kasuma pun segera undur diri. Mereka melanjutkan perjalanan dengan mengikuti aliran air sungai Arut. Lalu disambung dengan menyusuri sungai Lamandau. Di sekitar daerah Tanjung Pangkalan Batu, mereka mendirikan lanting – sebutan rumah di atas air oleh masyarakat lokal. Dari lanting, rombongan sibuk membangun kota di daerah baru ini. Di tengah kesibukan itu puteri pangeran lahir. Anta Kasuma menamainya, Puteri Lanting. Habis lahirnya di atas lanting.
Kerajaan Kotawaringin resmi berdiri pada 1679 di daerah Kotawaringin Barat saat ini. Paling tidak angka tahun ini dikeluarkan JU. Lontaan dan GM. Sanusi penulis buku ”Mengenal Kabupaten Kotawaringin Barat”. Ini sedikit membingungkan. Sebab pada papan cerita perjalanan Kiai Gede di kompleks makam tertulis kerajaan Kotawaringin didirikan pada 1598. Nah, mana yang bisa kita pegang?

Menyedihkan
Kalau Anda sempat pergi ke Pangkalan Bun, Ibu Kota Kabupaten Kobar, cobalah pergi ke Kotawaringin Lama. Di sini, Anda bisa menemukan sisa peninggalan kerajaan Kotawaringin yang diceritakan tadi. Daripada penasaran, Fajar Dewanto (26) mengajak SH untuk pergi ke kota kecil ini. Sebuah tawaran menarik untuk sebuah perjalanan wisata budaya.
Fajar adalah pemuda asli Pangkalan Bun dan sekarang aktif bergiat di Yayasan Orangutan Indonesia (Yayorin), NGO lingkungan lokal. Lelaki berkulit gelap ini begitu antusias untuk menunjukkan sisa sejarah dan budaya kerajaan satu-satu di daerah Kalteng itu. ”Aku pernah tinggal selama dua tahun di sini (Kotawaringin Lama).” Karena itu, ia menyebut beberapa obyek wisata yang ada seperti istana raja, makam Kiai Gede, masjid pertama Kotawaringin, pelabuhan Kotawaringin Lama dan meriam beranak.
Memasuki kompleks istana raja Kotawaringin hati terasa miris. Betapa tidak, sebelum pergi sempat terlintas bayangan bangunan yang megah khas budaya tempo dulu. Namun apa yang terjadi ? Istana raja justru tak terawat. Bangunan panggung khas Kalimantan dari kayu ulin itu seolah terlupakan. Walau sudah masuk dalam daftar benda cagar budaya tetapi tampaknya tak terlalu berpengaruh.
Waktu kami berkunjung, di bagian depan kompleks sedang dilakukan pembangunan pagar dari tembok. Rencananya pembangunan akan selesai pada November mendatang.
Di bagian belakang istana kami menjumpai Yusuf (73) – juru kunci istana. Sayangnya, kami tak juga menemukan keterangan berarti. Ia cuma bilang kalau harta istana, sebagian besar sudah dibawa ke Pangkalan Bun. Di sini hanya tinggal tiga meriam di teras depan dan meriam beranak, yang tersimpan di bangunan tersendiri. Daripada bercerita banyak soal sejarah Yusuf lebih tertarik untuk menawarkan ziarah ke meriam beranak.
Untuk bisa berziarah ke meriam beranak, kami harus membayar sebesar Rp 35.000. Kata sang juru kunci, uang ini dipakai untuk mengganti syarat sesaji waktu berziarah ke meriam beranak. Tanpa pikir panjang kami segera menyetujuinya. Tanggung mumpung sudah sampai di sini.
Fajar yang mengaku baru pertama kali berziarah ke meriam beranak cuma bisa geleng-geleng kepala. Sebab waktu kami pamitan, sang juru kunci buru-buru mengingatkan perkara uang harus dibayar tadi.

Read More...

Buat Bintangku

Minggu, 06 Januari 2008
Bintang tetap bersinar walaupun jauh.....itu diriku..
Berharap dengan tulus dan ikhlas melepas semua yang udah didepan mata
karna kata LOVE....
Sinar bintang akan sampai dihadapanmu dengan sinar yang lebih terang..
maka senyumlah...rianglah....itu harapan bintang!!!
by Ryan


Read More...

Ryan Pictures



Read More...

My friends




Read More...
d'famous_125x125 ads_box ads_box ads_box
 
LAYANAN SMS GRATIS INI BISA DIGUNAKAN KE SEMUA OPERATOR SE-INDONESIA
MAKA DARI ITU GUNAKAN LAYANAN INI SECARA BIJAK DAN UNTUK HAL-HAL YANG POSITIF


Silahkan Dinikmati

Image




SMS GRATIS ALL OPERATOR | SMS GRATIS XL | SMS GRATIS INDOSAT | SMS GRATIS TELKOMSEL | SMS GRATIS THREE | SMS GRATIS AXIS | SMS GRATIS CDMA